Martabat Santri Mubtadi
Assalamu'alaikum.wr.wb...
Atas daya kuasa yang telah Allah berikan kepada kita semua. Sebelum kita melanjutkan pembahasan lebih jauh, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu Tingkatan Santri (Martabat Kesantrian) Sebagaimana dalam suatu majelis Tarekat pasti ada tingkatan-tingkatan martabat santri.
Pada Majelis umumnya Martabat Santri ada 3 yaitu:
1.Santri Mubtadi (Santri Pemula)
2.Santri Muthawassith
3.Santri Kamil (Santri yang telah sempurna)
Namun di dalam majelis Syatariah yang kami jalani martabat kesantrian tersebut ada 4.
Agar kesempurnaanya bisa menyempurnakan (Dharma Kesempurnaan).
1.Santri Mubtadi
2.Santri Mutawassith
3.Santri Kamil
4.Santri Mukamil (Santri yang telah sempurna dan Menyempurnakan).
kita kenali mulai dari Martabat Santri Mubtadi (Santri awal). Yang di namakan "Santri Mubtadi" ialah santri yang masih dalam tingkatan awal ketarekatan. Batinnya masih mempunyai sifat kekhawatiran terhadap sesuatu selain Allah, ia masih senang berbuat Keburukan namun hatinya masih tertuju kepada Allah. Keadaan hatinya masih dalam keadaan hati salim, yaitu hati yang mampu menghindari iri, dengki, hasud, dan penyakit hati lainnya. Pikirannya memahami Dzat Allah ada di dalam dirinya, keinginan (nafsu) menjalani perintah-perintah Allah, baik yang sudah nyata (tersurat) ataupun yang tersembunyi (tersirat). Jiwanya menyatakan tiada Tuhan selain Allah, rasanya merasakan hadirnya Allah dalam dirinya, terang batinnya menyaksikan tiada sesuatu di dalam dirinya kecuali Allah. Imannya masih membaca bahwa seluruh alam ini di gerakan Allah juga (Af'alullah). Kesadarannya masih di alam nasut, artinya masih berdiri dalam alam hayawaniyah dan syaitoniah, yaitu masih sering lalai, dan ibadahnya masih dalam wilayah Syare'at. Ilmunya masih dinamakan ilmu yakin, yang masih berpegang pada kitab-kitab yang telah tertulis. Namun Pengabdiannya dan Ibadahnya sudah mampu terarah semata-mata karna Allah. Tauhidnya masih belajar dalam Tauhid wujudiyah, sampai ia mampu merasakan tunggal wujud dengan seluruh alam, yaitu satu kulit satu daging, satu nyawa satu kehidupan, satu alam satu Ketuhanan.
Di awal pembelajaran ini santri belajar untuk bersungguh-sungguh dalam menyelidiki penyebab-penyebab penderitaan yang di alaminya pada kehidupan, baik dalam kejasmaniannya maupun dalam tatanan kerohaniannya, dan dari apa yang telah di ketahui dari penyelidikannya ini harus menjadi bacaan dan pegangan hidup dalam setiap harinya.
Dengan demikian segala pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dalam kehidupannya akan mudah terjawab. Santri akan tahu dan paham betul sebab akibat dari segala perbuatannya. Pengalaman masalalunya akan membentuk program bagi cara hidupnya kedepan.
Setelah itu santri harus lebih berhati-hati dalam menata kehidupannya, ia harus lebih disiplin untuk tidak melakukan perbuatan yang memperburuk tujuh unsur kehidupannya lagi seperti:
1.Menahan Tubuh agar tidak berbuat pengrusakan.
2.Menahan Pemikiran yang merusak.
3.Menahan nafsu (keinginan) yang merusak.
4.Penjiwaan yang merusak
5.Perasaan yang merusak
6.Keterangan atau Petunjuk yang merusak
7.Penghidupan yang merusak.
Selama belajar disiplin dalam menghindari tujuh pengrusakan ini, dengan bertahap pula sang santri belajar membangun tujuh tahapan pembenaran dalam kehidupannya. yaitu:
1.Tubuh di usahakan untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang membangun kebenaran.
2.Pikirannya membangun pengetahuan-pengetahuan yang benar.
3.Nafsunya membangun keinginan-keinginan yang benar.
4.Jiwanya berusaha membangun kondisi-kondisi yang benar.
5.Rasanya berusaha membangun perasaan-perasaan yang benar.
6.Cahaya batinnya berusaha menerangi apa-apa yang belum benar.
7.Seluruh hidupnya berusaha membangun kebenaran.
Itulah "Santri Mubtadi" yang sehari-harinya berupaya mencegah kelakuan kurang baik, indera dan perbuatannya ia serasikan demi kesempurnaan hidup jasmaninya.
Salam Santun Penuh Hormat...
Wassalamu'alaikum.wr.wb...
Related Articles
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Enggih romo
BalasHapusAssalaamu 'alaikum wa rahmatullaah wa barakaatuh. Saya meminta izin untuk belajar. Syukran katsiira.
BalasHapusJk mau belajar ngaji tarekat ini ,kpd siapa kami harus sowan ,alamat mursyid nya
BalasHapus